Posted by Kitsune Warashi 0 Comments

Kami sampai di gerbang Valhalla bagian barat. Disana kulihat dua orang Gate Guardian yang memegang sebuah Halberd. Chaos berbisik kepada mereka, entah pembicaraan seperti apa yang mereka lakukan. Gate Guardian itu menganggukan kepala dan membukakan pintu lain, ia menunjukkan jalan, sebuah pintu rahasia!
“Hector ingin kau menuju ke ‘Heart of Ifrit’.” Kata Chaos.
“Heart of Ifrit? Apa itu?” Tanyaku sambil menggaruk kepala.
“Dibalik pintu ini, ada saluran air Valhalla City yang telah lama ditutup. Diujung Sewer ini terdapat suatu ruangan yang disebut ‘Heart of Ifrit’.” Jawabnya sambil mengambil sesuatu ditasnya.
“Ambil ini…” Katanya lagi sambil menyerahkan sebuah pisau yang agak lebar, namun terlihat tajam.
“Untuk apa pisau ini?” Tanyaku.
“Kita takkan pernah tahu apa yang menantimu didalam sana. Kau tak mau melawan sekumpulan Skeleton hanya menggunakan Wooden Branch kan? Tenang saja, pisau Damascus ini adalah pisau kualitas bagus!” Jawabnya sambil tertawa.
“Di dalam ada monster??!” Kataku sambil membelakkan mata. Apa aku harus masuk ke ruangan penuh monster?
“Hector bilang, kau pasti bisa melewatinya. Ia merasakan bahwa Hougu milikmu bukan Hougu biasa. Lagipula ada hadiah yang menantimu jika kau bisa sampai ke ‘Heart of Ifrit’.” Jelasnya.
Akhirnya aku menyanggupi dan berjalan masuk ke pintu tersebut. Entah apa yang menantiku, dan entah apa yang akan terjadi padaku. Kugenggam erat-erat Damascus yang ada di tanganku, dan pintu pun ditutup kembali.

Aku melangkahkan kakiku kedalam sewer. Obor api yang menempel di dinding menerangi lorong-lorong sewer yang terlihat tak berujung. Lumut dan debu menghiasi dinding lorong. Kelihatannya saluran air ini sudah lama tidak dipakai. Sesaat aku merasa di sewer ini takkan ada monster yang keluar, tetapi pikiranku salah! Baru saja aku menikmati ketenangan, dari lubang-lubang dinding lorong muncul monster jelly hijau (Slime).
“Ah! Slime!” Teriakku. Aku langsung berlari menghindari kejaran para slime yang tak terhitung jumlahnya. Satu ekor slime melompat dan menyerangku dari sisi kanan.
“Hea!!!” Kuayunkan Damascus kearah slime tersebut dan slime itu terbelah dua. Slime itu seperti tak habis-habis. Satu persatu ku hancurkan namun mereka tetap bermunculan! Aku terus berlari, dan akhirnya tak kuhiraukan slime-slime yang bermunculan, sampai kutemukan sebuah pintu. Tanpa pikir panjang aku memasuki pintu tersebut...

0 Responses so far.

Post a Comment